Kelebihan dan Kekurangan Alien Romulus: Apa yang Perlu Kamu Tahu Sebelum Menonton?

Sebagai penggemar berat franchise Alien sejak masih SD, saya sudah menanti-nanti rilisnya Alien Romulus sejak tahun lalu. Film Alien pertama yang saya tonton adalah Aliens (1986) di kelas empat SD, pada pukul 8 malam di Layar Emas RCTI. Film ini sukses membuat saya takut buang air sendirian ke kamar mandi setelahnya.

Bagi saya, Aliens merupakan titik kualitas tertinggi dalam genre film aksi sci-fi. Film ini memadukan efek praktis yang memukau dengan faktor gore yang mungkin sudah sulit ditemukan di film-film sci-fi setelah tahun 2010. Meskipun Alien Romulus terhitung jauh lebih menegangkan dibandingkan Alien: Covenant (2017) yang mengecewakan dan Alien: Resurrection (1997) yang penuh cacat, film ini tetap belum bisa menyamai kualitas Aliens (1986).

Apakah Alien Romulus layak ditonton? Jika kamu adalah seorang pecinta film-film sci-fi thriller seperti Jurassic Park III, Predator, Cloverfield, atau A Quiet Place, maka ini adalah film yang wajib kamu tonton 100%. Namun, jika kamu memiliki standar yang tinggi dan berharap film ini selevel masterpiece seperti Alien (1979) atau Aliens (1986), bisa jadi lebih baik untuk kesehatan jiwamu jika kamu memilih untuk tidak menontonnya.

Berikut adalah poin plus film Alien Romulus 2024:

1. Penerapan Practical Effect

Rook
Secara mengejutkan, Alien Romulus banyak menggunakan efek praktis di berbagai adegan. Jika di Alien: Covenant (film yang saya menurut saya cacat total) saya sering mengerutkan dahi karena penggunaan CGI yang berlebihan dan kurang memuaskan, kali ini saya terkejut melihat betapa banyaknya efek praktis yang diterapkan dalam film ini.

Salah satu contoh yang paling berkesan adalah adegan chestburster yang perlahan-lahan merayap keluar dari dada Navarro. Untuk melihat penggunaan efek praktis dengan lebih jelas, perhatikan saat synth Rook muncul di layar dengan sisa setengah bagian tubuhnya.

Jujur, penggunaan efek praktis dalam adegan-adegan yang mengesankan ini sedikit di luar ekspektasi saya. Mengingat bahwa banyak film modern cenderung "malas" menggunakan efek praktis dan lebih suka bergantung pada CGI—kecuali mungkin film-film sutradara seperti Christopher Nolan, yang juga menyukai efek praktis—Alien: Romulus menjadi kejutan yang menyenangkan bagi saya.

2. Perasaan Klaustrofobik

klaustrofobia
Ciri khas waralaba Alien yang paling mendasar dan berbeda dari film sains-ilmiah lainnya adalah pemanfaatan perasaan klaustrofobia. Definisi klaustrofobia sebenarnya adalah gangguan kecemasan yang ditandai oleh ketakutan berlebihan terhadap ruang sempit atau tertutup. Namun, dalam konteks film Alien Romulus, klaustrofobia diartikan sebagai perasaan takut dan panik yang muncul akibat terjebak dalam ruang yang sempit dan tertutup.

Sejak kita dibawa masuk ke dalam wahana stasiun luar angkasa Renaissance, film ini sudah menyuguhkan adegan yang membuat dada sesak: Tyler, Bjorn, dan synth Andy merangkak melewati terowongan kecil yang terlihat pengap dan lembab sejauh beberapa puluh meter. Setelah itu, hampir sepanjang film, suasana keterkurungan terasa menekan, menciptakan momen-momen di mana karakter-karakter tersebut seolah terperangkap tanpa jalan keluar.

Memanfaatkan insting klaustrofobia manusia adalah strategi yang cerdas dan sederhana untuk menambah nuansa teror dan horor dalam film. Pada dasarnya, manusia tidak menyukai ruang sempit dan tertutup, yang sering kali dianggap menakutkan. Sensasi klaustrofobik ini menjadi ciri khas yang diperkenalkan oleh Ridley Scott dalam film Alien (1979) dan telah menjadi elemen penting dalam franchise ini.

3. Cast Muda yang Tidak Begitu Buruk

pemeran
Saya sangat jarang menonton film Hollywood yang dibintangi oleh aktor dan aktris muda berusia 20-an. Kenapa? Karena kebanyakan dari mereka memiliki kemampuan akting yang medioker. Bukan sepenuhnya salah mereka jika aktingnya belum mumpuni, mengingat usia mereka yang masih muda dan masih dalam proses belajar. Namun, sebagai konsumen, saya tidak mau menonton film yang diperankan oleh pemain dengan kemampuan akting yang biasa-biasa saja—sesederhana itu.

Sebelumnya, saya memiliki ekspektasi negatif terhadap jajaran pemain di film ini yang didominasi oleh anak-anak muda. Namun, saya terkejut dengan penampilan mereka yang melampaui perkiraan saya, terutama karakter Andy si synth. Meskipun ada beberapa pemain lain seperti Aileen Wu (Navarro) dan Spike Fearn (Bjorn) yang aktingnya terasa kurang memuaskan, David Jonsson (Andy) dan Cailee Spaeny (Rain) mampu menutupi kekurangan tersebut.

Apresiasi khusus saya tujukan kepada David Jonsson yang berperan sebagai synth bernama Andy. Dia dengan brilian mampu bertransformasi dari sosok Andy yang ceroboh dan gugup menjadi ND—nama kode yang diberikan oleh Weyland Yutani untuk synth tersebut—yang tegas dan penuh perhitungan, sebelum akhirnya kembali lagi menjadi Andy.

4. Properti Penuh Karat

Karatan
Jika kita perhatikan, banyak film modern yang tampak terlalu bersih, meskipun ceritanya seharusnya menunjukkan sebaliknya. Contohnya, aktor yang tetap rapi setelah bertarung, rambut yang klimis setelah kebut-kebutan naik motor, armor yang masih mengkilat meski sedang berperang, interior pesawat luar angkasa pasca pertempuran yang masih tampak baru, dan berbagai hal lainnya yang tidak realistis. Bagi saya, semua ini berkontribusi pada poin minus sebuah film dan membuatnya terasa kurang autentik.

Di film Alien Romulus, syukurnya, hal tersebut tidak diikuti. Kita dapat melihat banyak noda, lecet, dan karat di seluruh properti, seperti panel kontrol, pintu, joystick, lift, dan lain-lain. bahkan para pemain pun terlihat "kotor" dengan cipratan minyak dan air di wajah, rambut berantakan, serta pakaian yang kotor.

Walaupun tampak sepele, penggunaan properti dan makeup karakter yang tidak terlalu "bersih" ini meningkatkan daya realisme film. Dengan adanya detail-detail yang penuh noda dan karat tersebut, kita sebagai audiens dapat lebih mudah merasakan emosi yang disampaikan secara visual dalam film.

Meski film ini secara umum saya beri rating bagus, namun tetap ada beberapa hal yang kurang:

1. Plot yang Terlalu Familier

Menonton film ini terasa seperti menyimak kembali kisah Aliens (1986). Seolah ada seorang sutradara yang baru saja menonton Aliens dan kemudian meng-copy-paste ceritanya ke Alien Romulus, dengan hanya sedikit perubahan minor di sana-sini.

Film ini bisa dibilang tidak menawarkan plot baru. Setelah menonton satu per lima bagian film, saya sudah dapat menebak siapa yang akan mati, siapa yang akan selamat, dan bagaimana akhir cerita ini. Tidak ada elemen baru yang signifikan dalam Alien: Romulus yang membuatnya berbeda dari Aliens.

2. Orang Bodoh Melakukan Hal Bodoh

Sebenarnya, saya tidak memiliki masalah dengan konsep "stupid people doing stupid things," karena hal itu memang bisa menjadi salah satu faktor pembentuk cerita. Masalah muncul ketika kebodohan tersebut terasa terlalu dibuat-buat hanya untuk mengisi celah plot.

Saya mencatat setidaknya dua hal yang menunjukkan kebodohan yang dipaksakan. Pertama adalah adegan di mana Bjorn bersikeras membawa Navarro pergi, meskipun sudah diperingatkan oleh synth Rook bahwa Xenomorph yang ada di tubuh Navarro bisa membahayakan mereka semua.

Kedua, ada adegan di mana Bjorn, lagi-lagi, rela meninggalkan Andy, Rain, dan Tyler untuk mati di dalam Renaissance demi membawa Navarro pergi. Tindakan ini terasa janggal, karena film ini menggambarkan mereka semua sebagai teman dan seharusnya tidak ada yang lebih penting dari yang lain.

3. Sarang Alien yang Terlihat Murah

Sarang alien
Saya memahami bahwa dengan budget produksi hanya sebesar 80 juta dollar, film ini tidak dapat berlebihan baik dalam penggunaan CGI maupun efek praktis. Namun, yang disayangkan adalah pengurangan kualitas efek praktisnya justru ditujukan kepada salah satu elemen paling ikonik dalam film ini, yaitu resin sarang Alien.

Di film Aliens, resin sarang ini terlihat sangat realistis, menyerupai jaringan hidup asli yang lengkap dengan lendirnya. Namun, di Alien Romulus, resin tersebut tampak seperti plastik yang rapuh dan tidak terlihat seperti jaringan hidup. Menurut saya, ini adalah kesalahan yang fatal, karena resin sarang dan lendir Alien adalah dua bagian yang tak terpisahkan dalam franchise Alien.

Kesimpulan

Jadi, apakah Alien Romulus layak untuk ditonton? Sangat layak, terutama jika kamu adalah penggemar berat waralaba Alien. Namun, ingatlah bahwa film ini tidak selevel dengan kehebatan Alien atau Aliens, jadi harap turunkan ekspektasimu.