Jurassic Park 1993: Sebuah Tinjuan Amatir

Bagi mereka yang lahir di tahun 90-an, siapa sih yang tidak kenal dengan film Jurassic Park? Sebuah karya sains fiksi revolusioner yang mengubah lanskap film sci-fi selamanya. Hampir semua kalangan, mulai dari dewasa, remaja, hingga anak-anak, sangat menantikan kehadiran film ini. Jika menggunakan istilah zaman sekarang, Jurassic Park adalah salah satu film yang "viral" pada tahun 1993.

Plot Singkat Jurassic Park

Jurassic Park (atau disebut juga “JP”) adalah sebuah film Hollywood yang dirilis pertama kali pada tanggal 11 Juni 1993. Film yang disutradarai oleh Steven Spielberg ini diadaptasi dari novel karya Michael Crichton dengan judul yang sama. Jurassic Park dibintangi oleh Sam Neill, Laura Dern, dan Jeff Goldblum.

Cerita dimulai ketika John Hammond mendirikan sebuah kebun binatang khusus dinosaurus di Isla Nublar, Kosta Rika. Setelah terjadi tragedi kematian seorang pegawai akibat serangan Velociraptor, Hammond dihadapkan pada tuntutan dari pengacara, Donald Gennaro, untuk mendapatkan sertifikasi keamanan kebun binatang dengan persetujuan para pakar sebelum dapat membuka tempat wisata tersebut. Untuk itu, Hammond mengundang dua ahli, Alan Grant dan Ellie Sattler, sementara Gennaro membawa ahli matematikawan eksentrik, Ian Malcolm.

Indikasi masalah mulai muncul ketika seorang staf programmer JP, Dennis Nedry, diam-diam bersekongkol dengan pria misterius bernama Lewis Dodgson untuk mencuri embrio dinosaurus yang dibekukan.

Konflik memuncak ketika Nedry mematikan aliran listrik di seluruh pulau Isla Nublar agar bisa menyelinap masuk ke ruang penyimpanan embrio tanpa memicu alarm. Sayangnya, badai hebat yang melanda pulau tersebut merusak sistem otomatisasi pemulihan arus listrik, termasuk di kandang-kandang dinosaurus.

Dari sinilah rentetan peristiwa menegangkan mulai terjadi, mengancam nyawa John Hammond, Gennaro, Alan Grant, Ellie Sattler, serta dua keponakan John Hammond, Lex dan Tim. Petualangan horor penuh adrenalin menghadapi keganasan para dinosaurus liar berpadu dengan keindahan alam Isla Nublar terjadi sepanjang film, membuat penonton dijamin tidak bisa duduk dengan tenang.

Kenapa Jurassic Park Begitu Bagus?

Bagi kita penikmat film scifi mungkin sedikit bertanya-tanya: Kenapa film yang rilis 21 tahun lalu ini begitu bagus bahkan untuk standard saat ini? Kenapa walaupun ada banyak film scifi monster lain yang rilis setelah tahun 1993, namun film yang satu ini masih tetap menempel hebat diingatan para pecinta film scifi?

Saya disini akan sedikit memaparkan opini saya pribadi mengapa film ini begitu bagus, bahkan untuk standard saat ini:

1. Plot yang Tidak Tergesa-gesa

JP membiarkan alur ceritanya mengalir dengan santai. Film ini dimulai dengan prolog sebuah adegan tegang di kandang raptor yang berujung tragis, lalu membawa penonton ke suasana tenang di situs penggalian Alan Grant dan keindahan kepingan surga di pulau Isla Nublar.

Berbeda dengan film-film modern yang sering memiliki pace cepat, JP justru mengajak penonton menikmati ketenangan dan pemandangan surgawi Isla Nublar sebelum semuanya tiba-tiba kacau. Penonton terbuai, berpikir bahwa ini adalah film fiksi ilmiah yang optimis dan cerah, dengan fokus pada penampakan dinosaurus yang menakjubkan. Namun, mereka seakan lupa bahwa di balik tampilan tersebut, JP adalah film horor survival yang gelap.

2. Pemilihan Pemain yang Pas

Steven Spielberg memang tidak diragukan lagi adalah manusia setengah dewa di dunia perfilman Hollywood era 90-an. List pemain yang dia pilih untuk film ini memang cocok sampai ke akar-akarnya. Karakter Ian Malcolm yang urakan dan kritis out of the box sangat cocok diperankan oleh Jeff Goldblum, hingga bahkan saya tidak bisa membayangkan jika karakter Ian Malcolm diperankan oleh orang lain.

Karakter Dr. Alan Grant juga top of the notch dimainkan oleh Sam Neill. Dengan karakternya yang canggung, serius, dan penuh rasa penasaran sebagaimana layaknya seorang ilmuwan sejati sangat klop dipadukan dengan karakter Elie Satler yang dimainkan Laura Dern.

A. Lex Dan Tim

Lex dan Tim di film Jurassic Park

Aktor anak-anaknya pun tidak kalah keren. Lex yang merupakan anak kota yang canggih dan gaul, bertolak belakang dengan adiknya, Tim, yang tergila-gila dengan dinosaurus. Kombinasi yang kontras ini menciptakan interaksi unik di beberapa adegan ikonik terbaik di dalam film. Salah satu adegan itu adalah adegan di Paddock T-rex, dimana Lex justru menghidupkan lampu senter yang dapat memprovokasi T-rex karena ketidaktahuannya.

Tim & Lex, walaupun bukan aktor inti, tapi melengkapi kisah film ini dengan sangat baik, terlalu baik malah. Alih-alih sebagai filler, Tim & Lex adalah peran pendukung penting dalam alur plot JP. Tanpa ada karakter Tim & Lex, JP akan terasa lebih dangkal: Seru, menegangkan, namun dangkal.

B. Fungsi Emosional

Bayangkan jika karakter Tim & Lex tidak pernah ada, emosi dan empati penonton terhadap karakter dalam film tidak akan sebesar itu. Tim & Lex memang tidak disebutkan berusia berapa di film ini, namun dari postur tubuh dan caranya berbicara, kemungkinan mereka berusia 12-15 tahun. Audiens akan lebih mudah merasa kasihan, merasa sedih, merasa empati kepada sosok yang masih anak-anak seperti mereka. Di sinilah letak kejeniusan Steven Spielberg: memasukkan karakter pendukung yang tidak punya fungsi teknis dalam cerita film namun memiliki fungsi emosinal: untuk menguras dan memutarbalikkan perasaan audiens.

Bayangkan jika dalam film hanya Alan Grant, atau mungkin bertiga bersama Ellie Sattler dan Ian Malcolm, yang berusaha bertahan hidup. Penonton mungkin akan merasa lebih tenang, karena mereka tahu ketiga tokoh ini lebih dari mampu menghadapi situasi berbahaya. Dengan kombinasi pengetahuan Alan tentang dinosaurus, kecerdasan Ian, dan kegigihan Ellie, bertahan hidup di taman yang kacau itu mungkin akan terasa seperti berjalan-jalan santai di pantai.

3. Rasio Aspek Layar

Meskipun jarang dibahas, rasio aspek layar adalah salah satu elemen penting dalam kehebatan visual JP. Kebanyakan film blockbuster modern menggunakan rasio 2.35:1 atau disebut juga cinemascope, sementara JP mempunyai rasio 1.85:1. Apa sih bedanya?

Rasio 2.35:1 berarti lebar layar 2.35 kali lipat dari tingginya, dan hal yang sama berlaku untuk rasio 1.85:1. Rasio 2.35:1 menciptakan tampilan yang lebih “lebar”, membuat film terasa lebih luas ke samping. Inilah mengapa film-film aksi seperti Mission Impossible, Fast & Furious, dan Mad Max sering menggunakan rasio ini—untuk menonjolkan pergerakan lateral (kanan-kiri) yang intens.

Film aksi yang menggunakan rasio 2.35:1 cenderung berfokus pada aksi dan pergerakan cepat secara horizontal. Jika film-film ini memakai rasio 1.85:1, komposisinya mungkin akan terasa terlalu luas dan fokus visualnya bisa terpecah.

Namun, JP menggunakan rasio 1.85:1 untuk tujuan yang berbeda. Steven Spielberg ingin menekankan perbedaan ukuran antara manusia dan dinosaurus. Dengan rasio ini, dia dapat memanfaatkan ruang vertikal layar lebih baik—menunjukkan betapa tinggi dan menakutkannya dinosaurus dibandingkan manusia. Rasio 1.85:1 memungkinkan penggunaan 24% lebih banyak ruang di bagian atas dan bawah layar, sehingga dinosaurus terlihat lebih menjulang ke atas. Untuk penjelasan lebih mendetail mengenai rasio aspek layar di film JP, dapat dilihat di video youtube ini.

4. Skoring yang Epik

Bicara soal JP tidak mungkin bisa lepas dari skoring masterpiece yang mengiringinya. John Williams, sang Maestro, berhasil memadukan keelokan visual Isla Nublar dengan skoring yang megah. Williams dengan cerdas menggunakan instrumen brass dan strings untuk menciptakan nuansa epik. Musiknya memikat penonton dari awal hingga akhir.

Yang unik dari skoring John Williams dalam film ini adalah kemampuannya menyampaikan berbagai emosi. Dari saat pertama kali melihat Isla Nublar dengan helikopter yang mendekat, keindahan tak terkatakan ketika helikopter mendarat di depan air terjun, hingga perasaan tegang dan horor yang muncul di adegan-adegan seru, musik Williams selalu tepat sasaran.

Salah satu ciri khas skoring Williams adalah kemampuannya menciptakan rasa takjub dan takut secara bersamaan. Ingat adegan terakhir T-rex di dalam visitor center? Pada momen itu, kita dibuat takjub, kagum, dan takut sekaligus oleh musik yang mengiringi raungan T-rex, yang kemudian dikenal sebagai Rexy dalam franchise Jurassic Park.

Namun demikian, Williams juga paham betul kapan harus berhenti menggunakan musiknya. Ada adegan-adegan yang terlalu intens dan justru akan terasa berlebihan jika diiringi musik. Kita tentu ingat adegan saat Dennis Nedry berhadapan dengan Dilophosaurus. Dalam adegan itu, hampir tidak ada musik sama sekali. Williams ingin menciptakan suasana sunyi yang mencekam, dengan suara hujan deras, gemerisik daun, dan aliran air, memberi kesan tenang namun penuh ancaman tersembunyi—seekor dinosaurus yang siap membawa kematian bagi Dennis.

5. Kombinasi CGI Dan Animatronik

Jurassic Park bisa dibilang adalah film awal-awal yang mengimplementasikan CGI (The Abyss dan Terminator 2: Judgement Day adalah 2 film pertama yang menggunakan CGI) dengan tidak berlebihan. Spielberg tampaknya sadar betul bahwa untuk menciptakan horor dinosaurus yang imersif, dia harus mengoptimalkan practical effect juga.

A. CGI

Walaupun teknologi CGI pada masa itu belum sehalus seperti sekarang, Spielberg memiliki cara cerdas untuk mengakalinya. Ia memanfaatkan suasana malam yang gelap dan cuaca buruk, seperti hujan deras yang bisa dibilang badai, untuk menutupi ketidaksempurnaan CGI. Kebetulan, kondisi cuaca saat syuting memang hujan lebat, sehingga efek hujan terlihat sangat realistis dan membantu menyamarkan kekurangan CGI dengan sempurna. Dengan bantuan perusahaan CGI, ILM, Spielberg baru menyelesaikan sebagian dari upayanya untuk menghidupkan kembali dinosaurus di film ini.

Beberapa adegan yang menggunakan efek CGI di antaranya adalah saat Brachiosaurus muncul di awal film, adegan T-Rex mengejar mobil yang dikendarai Robert Muldoon, serta adegan ikonik ketika T-Rex mengaum di visitor center.

B. Animatronik

Sadar bahwa film ini tidak bisa hanya mengandalkan CGI, Dennis Murren dari ILM menawarkan pendekatan alternatif yang tidak kalah efektif: menggunakan animatronik. Animatronik adalah teknologi yang digunakan untuk menciptakan model mekanis atau robot yang menyerupai makhluk hidup, memungkinkan mereka bergerak secara realistis melalui sistem mekanis seperti hidrolik atau elektronik.

Contoh adegan yang menggunakan animatronik dalam film adalah adegan di paddock T-rex (saat T-rex menginjak dan menggigit ban mobil), adegan Triceratops yang sakit, serta momen duo Velociraptor membuka pintu dapur di visitor center.

Dengan bantuan animatronik, mimpi Spielberg untuk menghidupkan dinosaurus di filmnya pun terwujud. Seperti yang kita lihat, kombinasi CGI dan animatronik membuat JP menjadi salah satu film legendaris sepanjang masa, memukau penonton dari berbagai generasi, termasuk mereka yang lahir di tahun 2000-an, dengan efek visual yang spektakuler dan alur cerita yang menegangkan.

Kesimpulan

Jurassic Park tetap menjadi film yang begitu ikonis dan masih diingat hingga tahun 2024 karena beberapa alasan utama: 1) Alur cerita yang terbangun dengan baik dan tidak terburu-buru, 2) Pemilihan aktor yang tepat untuk setiap karakter, 3) Penggunaan rasio aspek layar 1.85:1, 4) Skoring epik karya John Williams yang tak terlupakan, dan 5) Kombinasi sempurna antara CGI dan animatronik yang menciptakan dinosaurus yang terlihat hidup dan realistis.