Skip to main content

Movieswhere

sinema modern yang sekarat

Sinema Modern Sedang Mati Perlahan

spaceodyssey
Last modified on Oktober 5, 2024

Beberapa tahun terakhir industri film mengalami transformasi radikal akibat munculnya platform streaming, dengan ratusan proyek yang dirilis setiap tahun menjadi sumber hiburan utama di seluruh dunia. Namun tidak bisa kita sangkal, secara kualitas, sinema modern sedang mati perlahan.

Penyebab Inti

Transformasi besar ini telah menuai kritik, karena banyak orang merasa bahwa industri film lebih memprioritaskan kuantitas daripada kualitas. Studio dan pemegang modal memilih proyek yang sederhana dan berorientasi pada keuntungan semata alih-alih film yang bermakna dan fokus pada penceritaan berkualitas serta menyampaikan pesan penting.

Alasan utama mengapa film modern tidak sebagus film yang lebih lama adalah karena oversaturasi. Dengan munculnya platform streaming, ada tekanan kuat untuk memproduksi sebanyak mungkin proyek dalam waktu sesingkat mungkin, menimbulkan tekanan pada pembuat film untuk memenuhi tenggat waktu dan kuota konten, yang sering kali berujung pada produksi yang terburu-buru dan konten yang biasa saja bahkan cenderung menyedihkan.

Salah satu contoh dari kasus ini adalah kesuksesan Marvel Cinematic Universe (MCU). Meski MCU telah menghasilkan beberapa film luar biasa seperti Endgame atau Iron Man, jumlah rilis yang sangat banyak dalam dekade terakhir membuat penonton merasa jenuh dan mencari konten yang berbeda.

Sejak memasuki tahun 2000 lalu, ada total 55 film superhero live-action, dengan porsi signifikan, tepatnya 31 film, berasal dari MCU. Sembilan di antaranya dirilis dalam 3 tahun terakhir.

Hal lain yang melelahkan dari rilis baru adalah pasokan tak berujung dari serial TV. Layanan streaming seperti Disney Plus telah menguasai industri hiburan dengan merilis film baru ekslusif di platform mereka dan memproduksi banyak serial serta film buruk, seperti Eternals atau Thor Love and Thunder, yang semuanya diberi rating di bawah 2,5 bintang dari 5 di Rotten Tomatoes.

Selalu Saja Soal Uang

marvel cinematic universe

Ide serupa dituangkan oleh kritikus Julia Balot dalam artikel yang diterbitkan tahun lalu di Nique, di mana dia berpendapat bahwa untuk mencegah kerugian karena menawarkan periode uji coba gratis, Disney merancang strategi untuk mempertahankan pelanggan melalui rilis episode mingguan. Awalnya skema rilis mingguan ini dimaksudkan untuk menjaga kesetiaan penggemar di antara episode, pendekatan ini berkembang menjadi model maksimalisasi keuntungan bagi Disney, terlepas dari dampaknya pada kualitas konten.

Penting untuk dicatat bahwa meskipun banyak orang merasa jenuh dengan konten dari MCU dan waralaba film lainnya, studio tetap meraup keuntungan dari tawaran mereka yang mengecewakan dengan pengembangan karakter yang buruk, CGI yang jelek, dan alur cerita yang mengerikan. Dalam 15 tahun terakhir, MCU sendiri telah menghasilkan total 26,6 miliar dolar dari film superhero mereka.

Faktor lain yang berkontribusi terhadap penurunan kualitas sinema modern adalah kurangnya orisinalitas. Tampaknya banyak studio lebih memilih untuk ‘main aman’ dengan mendaur ulang ide dan formula yang sama berulang kali, daripada mengambil risiko kreatif dan menghasilkan konten yang benar-benar menarik.

Sekaratnya Kreativitas

Perusahaan seperti MCU semakin banyak mengandalkan pembuatan ulang film-film sukses, seperti franchise Iron Man yang biasa-biasa saja, untuk menghasilkan pendapatan tanpa upaya atau investasi yang signifikan. Meskipun strategi ini mungkin tampak menarik bagi perusahaan, tapi sayangnya seringkali gagal memberikan suasana baru kepada penonton.

Disney adalah contoh utama. Perusahaan ini telah memproduksi banyak pembuatan ulang live-action dari film-film populernya dari abad ke-20, merilis 19 remake live-action. Dimana inovasi dan kreativitas? Tidak ada.

Mengincar Investasi yang Lebih Aman

Semuanya tentang uang. Disney, Universal, Warner Brothers, Sony, Fox, dan lainnya adalah perusahaan yang dimiliki oleh publik. Investor menginginkan uang mereka dialokasikan ke investasi yang lebih aman. Seorang kepala studio, produser, atau sutradara yang mengambil banyak risiko dengan ide baru akan kehilangan pekerjaannya jika banyak dari film besutannya gagal atau kurang laku.

Beberapa contoh fenomena ini adalah kasus Carolco Pictures, sebuah studio film yang bangkrut setelah film andalannya Cutthroat Island gagal total pada tahun 1995, dan lebih baru-baru ini film Mars Needs Moms yang dirilis pada tahun 2011 menghasilkan kerugian besar bagi Disney Studios, memicu banyak alarm di raksasa film itu, setelah film tersebut gagal mengembalikan bahkan sepertiga dari biaya pembuatannya.

Political Correctness Berlebihan

Alasan lain mengapa sinema modern gagal adalah karena political correctness. Film-film memiliki kecenderungan untuk menjadi politically correct dan karenanya kehilangan kedalaman dan tema kontroversial yang mencirikan film-film di masa lalu. Misalnya, seri Marvel, Ms. Marvel, salah satu seri Marvel terburuk, berfokus pada kehidupan remaja warisan India di AS. Namun, dengan terlalu fokus untuk inklusif, mereka akhirnya memberi kita serial superhero yang sama sekali tidak fokus pada superhero.

Konsep political correctness memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan bagi studio film. Meskipun niat di balik political correctness mungkin untuk menarik lebih banyak penonton beragam dan meningkatkan keuntungan, pendekatan ini terkadang bisa berbalik menjadi bumerang. Beberapa negara memilih untuk melarang film yang dianggap terlalu politically correct dan mendekati aspek yang dianggap tidak sesuai untuk anak-anak.

Buzz lightyear

Sebagai contoh, Film Buzz Lightyear memberikan contoh jelas tentang film yang berusaha mempromosikan inklusivitas dengan menampilkan pasangan lesbian. Hal ini mengakibatkan film tersebut dilarang di 14 negara, yang mengurangi keuntungan bagi studio.

Fokus berlebihan pada political correctness dapat mengalihkan perhatian dari tema keseluruhan film, yang mengakibatkan waktu tayang yang lebih sedikit bagi cerita utama, karena lebih banyak perhatian diberikan pada upaya menunjukkan inklusi kelompok minoritas. Hal ini menciptakan ketidaknyamanan bagi banyak orang yang merasa bahwa cerita asli seharusnya tidak diubah untuk memasukkan minoritas.

Fenomena ini menjadi topik umum di antara pengguna Reddit dan Quora. Seorang pengguna Reddit menyimpulkannya dengan menulis, ‘Ambil cerita dari karakter nyata, ubah cerita mereka menjadi film atau acara yang menginspirasi, dan pilih aktor dari kelompok tersebut untuk memerankan setiap karakter, maka Anda akan mendapatkan film atau acara TV bermakna yang dapat diterima oleh orang-orang.

Penting untuk diakui bahwa inklusi minoritas dalam sinema modern bukan hanya berharga tetapi juga sangat diperlukan. Namun ingat, sama pentingnya untuk tidak terlalu memaksakan keberagaman atau menggunakan aktor dari kelompok minoritas tertentu hanya untuk membuktikan inklusivitas suatu studio.

Secara keseluruhan, sinema modern berada di persimpangan yang penting. Industri ini harus memilih apakah akan menyelesaikan masalah yang ada dan mendengarkan kekhawatiran penontonnya, atau menghadapi risiko revolusioner di mana mereka harus berubah total karena film-filmnya yang saat ini terasa monoton dan mudah terlupakan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *